Zona yang membebaskan fikiran, khayalan, keinginan, dan harapan. It's just fiction.

Rabu, 13 Juni 2012

Bukan sekedar Kata




A      Sumber         :
Narasumber        : Pardi Suratno
Jabatan               : Kepala Balai Bahasa Semarang, Peneliti Madya Bidang Sastra Badan Penimbangan dan Pembinaan Bahasa
Judul                  : Sastra Menyinggung dan Membangun Kesadaran Masyarakat

B      Rangkuman   :

Pada lingkup tingkatan kehidupan masyarakat tertentu, masyarakat masih menyepelekan sastra. Padahal sastra merupakan karya intelektual yang bermutu. Contohnya terdapat pada puisi, puisi sendiri merupakan getaran jiwa bukan sekedar rangkaian kata tanpa makna. Contohnya terdapat dalam Hanya Sebuah Puisi karya  M.S. Koloq.

Sastra merupakan media pembangun kesadaran, fungsinya diantara lain dapat sebagai hiburan dan edukasi (pendidikan) dalam waktu bersamaan sehingga dapat dijadikan media penanaman nilai-nilai yang berorientasi terhadap pengembangan kehidupan seseorang, masyarakat, dan bangsa. Karena sastra memberikan penawaran nilai/pemikiran yang mengembangkan wawasan kepada pembaca.

Sebenarnya keberadaan sastra sudah ada sejak dulu, misalnya melalui peribahasa dan pantun, ternyata nenek moyang kita sudah mewariskan pemikiran melalui produk sastra. Dalam puisi juga dapat menunjukkan aksi protes dan menghakimi proses pemerintahan dikala waktu itu, contohnya puisi Proklamasi II karya Hamid Jabar,  Sumpah Pelupa karya  Habolhasan Asyari.

Dapat dijelaskan melalui puisi Sumpah Pelupa, penulis ingin memberikan penjelasan kemirisan sumpah pemuda yang terjadi saat ini, diera revormasi sekarang yang tertulis gambling dan meyakinkan atas perilaku pemuda jaman sekarang dan pemaknaan sumpah pemuda itu sendiri.

Puisi yang menggambarkan kekacauan pemerintahan kala orde baru tersebut tercermin pula melalui puisi Raja Kaya karya Yaya W.S. Aria Santyka. Namun, pada masa perjuangan kala sekarang, tentunya kita harus tetap menjaga rasa persatuan dengan nilai-nilai juang yang penting untuk kesatuan hidup bernegara, seperti yang tergambarkan dalam puisi Sumpah Kita karya Ahmad Dahlan, Menyambut  Fajar Menyingsing karya  Umarmaiyah. Sindiran terhadap wakil rakyat dapat membuktikan bahwa sastra juga berfungsi sebagai pengawal pemerintahan juga. Contohnya dalam puisi Kursi karya  Abdul Rahim Hasibuan.

Gejolak reformasi juga tercerminkan melalui beberapa puisi diantaranya  Nusantara Membara karya Nanang Rijono, Anak-anak Reformasi karya Nanang Rijono pula.

Sekali lagi, sastra bukan hanya sekedar rangkaian kata-kata tanpa makna, akan tetapi kerja intelektual yang cerdas sehingga mengemban fungsi menghibur, menyindir, menyinggung, dan membentuk perilaku masyarakat/ pembaca. Maka, karya yang cerdas dapat dipahami oleh orang cerdas pula.

Kesimpulan:
1.      Sastra bukan sekedar rangkaian kata tanpa makna.
2.      Karya sastra lahir dari pemikiran intelektual pengarang yang cerdas.
3.      Fungsi karya sastra : menyentuh pemikiran orang, menghibur dan membentuk perilaku.
4.      Karya yang cerdas dibaca oleh orang cerdas pula.

by : Umi_k


0 komentar:

Posting Komentar

fr33Zoonecustume. Diberdayakan oleh Blogger.

PopullaryierZ

© Fr33Zoone, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena