Zona yang membebaskan fikiran, khayalan, keinginan, dan harapan. It's just fiction.

Senin, 18 Juni 2012

Lenyap dalam Lelap


Dia tertidur,
Sangat lelap...
Lelah telah membuat kedua matanya enggan terbuka, letih membuat raganya seperti tanpa jiwa. Lelah dan lelah, letih dan letih, hingga seperti...
Mati.
Pasrah dan pasrah, seperti...
Tak berarti.
            Dia terkapar diatas lantai zaman yang sedikit demi sedikit menggerogoti semangatnya untuk berkoar-koar. Menjeritkan suara-suara pengecut nomer wahid, yang hanya diam. Patuh menjalankan aturan yang sebenarnya tidak mereka inginkan. Menuju titik yang mereka sebut ke-normal-an. Karena itulah satu-satunya jalan untuk memperpanjang nafas mereka, mematuhi aturan, yang sesungguhnya merupakan lorong kematian yang perlahan-lahan meminta siksa. Tapi sayangnya, mereka belum menyadari itu. Kebodohannya terpelihara oleh kemiskinan yang entah sampai kapan akan berakhir.
Hidup dengan kesia-sian, mati tak dikenang.
Itulah normal !
            Namun dia, kini telah lelah memperjuangkan mereka yang masih saja diam. Letihnya membuat ia sadar akan ketidakpedulian. Dan sekarang, ia sudah tidak peduli. Acuh tak acuh. Ia hanya ingin...
Tidur.
            Memang keinginan itu terlihat begitu sederhana, tapi untuk seorang dia... itu berarti ‘kesempatan emas’ bagi mereka yang ingin menyingkirkannya. Mereka yang menganggap dia berbahaya, mereka yang takut hembusan nafasnya akan menyadarkan orang-orang yang selama ini mereka bodohi. Orang-orang ceking yang menciptakan timbunan lemak ditubuhnya, orang-orang yang ia buat miskin untuk membuat kekayaannya, orang-orang yang ia kibuli dengan kalimat akademis yang meyakinkan.
Mereka, yang mengizinkan kebusukan merasuki dan mengalir dalam aliran darah, menyatu dalam degup jantung dan berlabuh diotak yang menjelma menjadi fikiran. Dan berakhir pada sikap yang mereka cerminkan. Tingkah-polah mereka yang busuk, sangat busuk. Karena kebusukan yang tercipta dari bangkai penderitaan, bangkai kebohongan, bangkai kecurangan, bangkai kejahatan, bangkai kebodohan dan bangkai ketidakpercayaan. Menyerbak dengan anggun meminta tumbal dari kemiskinan, dan berubah menjadi malaikat maut bagi mereka yang diam. Mereka yang yakin akan kepedihan itu normal. Dengan mudahh syetan menjadi raja dunia.
Dunia yang masih menganggap harta adalah ukuran kesuksesan, kesuksesan yang menghalalkan cara untuk mencari harta. Harta yang menyamarkan agama dan keyakinan, keyakinan yang terlihat seperti tak ber-Tuhan. Tuhan yang dianggap buta, tuli, dan omong kosong. Omong kosong mengenai surga dan neraka. Neraka yang tidak lagi mereka takuti atas kebusukan yang mereka lakukan.
Mereka itu jamaah, kawan!
Mereka itu ada disekeliling kita...
Mereka itu yang membuat penderitaan orang lain untuk kesenangan yang akan mereka rasakan.
Mereka itu...
Jangan-jangan kamu ?!

Dia masih tertidur dengan lelap. Sangat lelap. Lelap sekali. Amat lelap...

Tangis tanpa suara yang saya lantunkan pun, tak dapat ia dengar. Jangan lelah, hapus letih yang kau rasa itu. Bangunlah...
Bangun.
Bangun...
Bangun!
Tidak berfikirkah kau...
Siapa yang lebih berani dari kamu, untuk melawan mereka dan menyadarkan kami yang masih terpaku dalam diam.
Siapa yang rela mengorbankan hidupnya, untuk berjuang demi kehidupan pengecut  yang masih berharap akan perubahan kesejahteraan.
Tidak sadarkah kamu, tak ada!
Takkan ada orang yang seperti itu,
Selain dirimu.
Sedikit lagi saja, mungkin akan timbul keberanian dalam diri kami. Untuk berjuang sendiri menghentikan penindasan terselubung ini.
Perjuanganmu hampir berhasil, gerakanlah kelopakmu untuk melihat buah jerih payahmu selama ini...
Namun ia masih terlelap.
Diam dalam ringkukan raga yang tergeletak diantara senyapan malam. Sunyi tertelan kebisuan yang tak mungkin terganti oleh derak ranjang. Begitulah tergolek kedamaian sesaat, yang terlepas oleh tanggung-jawab rekaan.
Tak berkutik.
Terlelap begitu indah, sempurna.
Tertinggal seorang diri...
            Malam yang bergelanyut manja, membuat cahaya bulan mengintip malu menyaksikan kemesraan yang terajut antara ia dengan malam. Membiaskan derapan langkah kaki yang merapat dengan tegas, teratur, dan sigap. Langkah kaki yang mungkin akan menginjak nyawanya atas dasar cacing didalam perut mereka yang berontak. Detak jam silih berganti mengiringi nada derap langkah kaki yang kian dekat dengan mengendap-endap.
Tak berkutik, tak terganggu, dan masih tak terdengar.
Geliat tubuhnya hanya membuat derap langkah itu terhenti sesaat, begitu hati-hatinya hingga  malam pun mereka tipu dengan cahaya remang yang mereka bawa. Bodohnya, atau sebenarnya mereka memang terlalu genius untuk membuat rekaan keadaan. Paling tidak untuk menipu mata manusia yang hanya bisa melihat dalam ambang batasan.
Sungguh kasihan mereka, pasukan derap langkah malam. Budak dari kepentingan yang menguntungkan segelintir orang. Membunuh untuk sebuah kepentingan, mereka yang tak bernama, tak dikenal, pelantara dosa dan tangan bersimbah darah para pengharap perubah keadaan. Mengisi perut sebagai pelantara yang berhati baja, sekeras intan tak terjamah orang. Pendosa yang ditumbalkan oleh para tangan-tangan suci yang memberinya kehidupan. Tangan-tangan suci yang menimbun dosa karena tak takut pada Tuhannya, dan menganggap dosa itu tak ada. Tangan yang bersih namun bersimbah dosa yang bahkan tak dapat ia lihat dengan mata manusianya. Karena mata mereka sebenarnya telah buta, sehingga kegelapan pun mereka lihat sebagai cahaya. Buta akan dunia. Sungguh kasihan mereka, pasukan derap langkah malam. Tangannya kotor untuk tangan-tangan suci pemberi kehidupan.
Lelapnya kini telah berganti dengan ketidaksadaran.
Matanya terpejam entah kapan akan kembali terpejam.
Raganya lemah tak berjiwa.
Mayatnya entah terurai dimana...
Lenyap begitu saja.
            Mungkin sekarang, kita harus berkoar sendiri. Mengubah keadaan untuk menuju perubahan yang kita impikan ini. Mereka tidak lebih kuat dari kita, orang-orang yang membodohi kita itu tidak lebih banyak dibandingkan korban-korban yang mereka bodohi. Jadi tak usah takut dengan nyawa yang kan hilang. Karena saat keberanian itu muncul, maka tak kan ada yang berani untuk bertindak busuk. Karena apa ?! Karena kita semua ingin kehidupan yang lebih baik, karena kita sudah muak dengan orang-orang yang busuk. Karena kita sudah lelah...
Hanya dapat bermimpi untuk kehidupan yang lebih baik.
Hanya bermimpi,
Karena kita hanya diam.
Maka, janganlah kita diam lagi!
Bergeraklah untuk mengakhiri penderitaan ini.
Ketidak-adilan ini.
Pembodohan ini.
Melalui jalan hidup kita masing-masing.
Menciptakan surga, setidaknya untuk kehidupan yang bersih. Tanpa ada kebusukan lagi.
Saat ini,
Ditengah carut-marutnya dunia politik, yang saling mempertahankan kekuasaan tanpa melihat apa yang sedang terjadi dibawah. Entah peri keadilan hinggap dimana, hingga hukum negara terlihat begitu rendah untuk dijamah. Pengusaha terlihat begitu kelaparannya hingga menggeruk habis semua yang dapat ia rengkuh, seakan ia dapat menghisap semua sumber daya. Kemiskinan yang terasa enggan berpaling, seolah telah menetapkan kita sebagai belahan jiwanya. Korupsi yang menjadi bayang-bayang kesengsaraan, entah kapan akan terungkap siapa pemiliknya. Dan ribuan jebakan dalam cobaan Tuhan lainnya, yang kan menuntut kita untuk lebih kuat menghadapi itu semua.
Dimulai secara perlahan.
Dimulai dari yang kecil.
Dimulai dari diri kita sendiri.
Dimulai dari sekarang.
Kita bisa, meski mungkin akan berjalan tertatih...
Karena kita yakin, Tuhan itu ada.
Ia tak akan lenyap dalam lelap...
Karena Ia tak pernah terlelap.

by : Umi_k

0 komentar:

Posting Komentar

fr33Zoonecustume. Diberdayakan oleh Blogger.

PopullaryierZ

© Fr33Zoone, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena