Zona yang membebaskan fikiran, khayalan, keinginan, dan harapan. It's just fiction.

Senin, 28 Mei 2012

Sastra populer meraja


     A            Identitas  Novel
Judul               : Uglyphobia
Pengarang       : Queen Soraya
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2008
Tebal               : 173
Harga              : Rp 22.000

      B            Pengertian Sastra Populer
Cerita rekaan populer
Kebudayaan populer yang melanda era global sekarang ini, sangat berpengaruh dalam kehihupan dan gaya hidup masyarakat Indonesia. Kondisi itu melanda berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dalam sastra. Mulanya berawal dari lahirnya seni populer, yang kemudian menjadi kecambah sastra popular dan berkembang menjadi cerita rekaan populer, yang beredar akhir-akhir ini. Novel-novel yang terbit di era 2000-an banyak sekali yang menganut sastra jenis ini. Salah satu contohnya adalah ‘Uglyphobia’ karya Queen Soraya.
Berikut ini adalah pendapat ahli sastra yang memberikan batas penggolongan ciri-ciri sastra populer  :
1)      Abraham Kaplar
ü  Penggolongannya berdasarkan segi bentuk sastra populer
·         Sederhana                   :   struktur pembangun ceritanya tidak rumit.
·         Pernyataan langsung   : tanpa kualifikasi, dengan jelas dipaparkan  secara langsung tidak bertele-tele.
·         Stereotype                   : pola struktur mirip antara satu novel dengan novel lainnya.
·         Skematis                      :  struktur dan formula mudah diskemakan.
·         Stansistem                   :  terdapat 1 inti cerita yang utama.
·         Anti makna ganda      
·         Tak perlu pemahaman estetis

ü  Penggolongan berdasarkan segi perasaan dalam sastra populer
·         Hiburan           : pembaca dibiarkan asyik dengan dirinya sendiri.
·         Sentimentil      : mengandung perasaan yang berlebihan.
·         Seni pelarian    : tokoh yang digambarkan memiliki sisi kenyamanan hidup; hidup enak, wajah tanpan dan cantik, banyak uang, dan lain-lain.

2)      Budi Dharma
ü  Ciri novel popular Indonesia tahun 1970-1980-an
·         Resis harfiah   : menceritakan tentang fakta.
·         Melodramatis  : menguras perasaan pembaca.
·         Tuntas             : selesai sampai akhir.
·         Latah               : tema yang dibahas sama.

3)      Jacob Sumarjo
·         Romantis sentimentil.
·         Judul sensasional.
·         Tema cinta/ rumah tangga.
·         Memiliki alur yang manis, lurus, dan penuh kejutan.
·         Dialog kontemporer.
·         Latar berupa keluarga, kampus, tempat hiburan dan lain-lain.
·         Perwatakan spektakuler dan explosive.
·         Happy ending/ sad ending yang cenderung tragis.
Dalam pembahasan analisis novel ‘uglyphobia’ penulis menganalisis dengan mengacu pada pendapat Abraham Kaplar, karena novel yang penulis ambil bukan novel keluaran tahun 1970 sampai 1980-an, dan pendapat Jacob Sumarjo secara garis besar juga sudah terdapat dalam pendapat Abraham Kaplar.
Sehingga nanti dapat diketahui, apakah novel yang penulis ambil itu memiliki dan atau memenuhi syarat dari sebuah novel populer atau tidak.



     C            Sinopsis
Matahari sedang terik-teriknya tengah hari ini. Namun, itu tidak menyurutkan semangat ratusan orang yang lalu-lalang bertebaran di setiap penjuru terminal Blok M. Kepenatan yang luar biasa namun diantara ratusan orang yang ada di situ, ada satu orang yang tidak memperdulikan kepenatan itu. Yeah, orang itu GARNET, Si Ratu Jelita (Jerawat Lima Juta) ini selalu menjalani kehidupan sehari-harinya dengan gembira walaupun dia selalu menjadi tempat ejekan teman-teman kampusnya.
Sesekali dia pernah mengungkapkan perasaannya kepada Alan Prasetya cowok tampan, keren, yang telah memikat hatinya dengan memberikan selembar surat cinta yang dititipkan kepada Cindy agar disampaikan kepada Alan, setelah memberikannya,  Cindy lalu mengatakan kepada Garnet bahwa Alan mengajak kencan Garnet, dan tanpa mempunyai rasa curiga sedikit pun kepada Cindy , Garnet langsung  bergegas menemui Alan di sebuah gerai makan siap saji di Pasaraya Grande, ternya di sana Alan hanya memaki-maki Garnet dan menolaknya. Setelah dipikir-pikir ternyata dia telah dijebak oleh Cindy.     
Senja baru saja menghilang. Garnet baru saja tiba si rumah setelah 15 menit perjalanan pulang, telpon menderingkan bunyi ternyata Vero yang menelpon adalah  Sahabat Sejati Garnet sejak SD sampai sekarang. Vero selalu membantu Garnet saat kesusahan dan melindungi Garnet bila ada yang mengganggu sahabat terbaiknya. Karena telah mendengarkan semua isi curhatan Garnet, Vero bertekad untuk membantu Garnet.
Suatu hari membuat janji dengan Garnet bahwa dia akan menjemput Garnet sepulang dari kampus. Matahari sudah memancarkan sinarnya dan Garnet telah bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Seperti biasanya sesampainya di kampus keadaanya pasti berantakan. Setelah jam pelajaran berakhir dia langsung pulang dan tidak jarang dia selalu diikuti Cindy, Laura, dan Siska yang selalu mengejek tak dapat dipercaya bahwa ada tamparan maut melayang di ketiga pipi sahabat tersebut  dan yang menyelamatkan Garnet adalah Vero.
Setelah dijemput oleh Vero menggunakan mobil Nissan X-Trail ternyata di dalam mobil sudah ada Tante Maya (Tante Vero) dan Vero akan diajak oleh Tante Maya ke Klinik Kecantikan, dan Vero dipaksa oleh Tante Maya agar ikut operasi sedot lemak karena Vero itu kelebihan berat badan. karena begitu lama menunggu, Garnet hingga kebelet buang air kecil dan setelah selesai buang air kecil dia bergegas keluar agar tidak dicari oleh Tante Maya dan Vero karena begitu terburu-buru hingga menabrak seorang lelaki dan dia pun tak sadar bahwa lelaki itu adalah Rhinky teman SD Garnet dan Vero yang semasa mereka SD dia selalu menyasarkan bole ke kepala Garnet lalu dia tidak pernah bermain bola lagi saat dia sudah merasakan tonjokan dari Vero dan yang dulunya dekil sekarang menjadi super ganteng melebihi Alan Prasetya.
Demi Ingin menjadi kurus agar tidak jadi operasi sedot lemak dan demi menjadi Gemuk Garnet juga mengadakan diet agar dia tidak krempeng lagi. Mereka berdua berjanji akan berubah dan mereka saling menukar barang yang biasa dikonsumsi Vero akan dikonsumsi Garnet sedangkan barang yang biasa dikonsumsi Garnet akan dikonsumsi oleh Vero.
Karena kebiasaan Garnet yang buruk masih terlihat banyak Mama Garnet menyarankan agar Garnet berubah , setelah berpikir kurang lebih satu hari Garnet memutuskan bahwa dia berjanji  akan berubah.  Mulai hari itu dia  berubah dimanapun dan kemanapun dia pergi dia selalu menggunakan pakaian selayaknya perempuan tidak seperti hari-hari sebelumnya dia hanya memakai kaus oblong dan jeans embel dan dia juga berusaha untuk memakai make-up yang diberi oleh Tante Maya agarmuka dia menjadi lebih cantik dari sebelumnya dan juga agar dia lepas dari jabatannya sebagai  RATU JELITA.
Suatu hari  dia sedang akan pergi bersama Rhinky dan mama Garnet menyarakan agr Garnet memakai dalaman tanktop hitam, baju tangan panjang putih kerah lebar dan jeans tiga perempat. Setelah bertemu di salah satu tempat mereka berdua  memutusskan pergi ke suatu mall di Jakarta, dan beristirahat di sebuah Food Court di dalam mall tersebut. Karena masih terlalu pagi untuk makan siang mereka berdua hanya memesan minuman, berbeda dengan Rhinky yang memesan Cappucino  sedangkan Garnet yang sebelumnya memesan Lemon Tea namun Rhinky melarang karena itu dapat membuat badan Garnet tambah krempeng maka Rhinky menyarankan Garnet untuk memesan Jus Alpukat.
Ayam telah bernyanyi untuk membangunkan majikannya. Garnet pun telah bangun dari tempat tidurnya setelah Vero mengirim sms bahwa Garnet akan diajak Vero pergi ke suatu Food Court di Plasa Senayan. Tapi entah kenapa meskipun mereka tidak janjian behwa akan tukeran barang namun mereka sudah membawa barang yang biasa digunakan oleh si kurus dan si gemuk, Garnet membawa baju senam warna hitam dan ungu untuk Vero sedangkan Vero membawa cemilan untuk Garnet.
Karena Garnet merasa sangat ingin bertemu dengan Rhinky segera dia meraih Handphone yang berada di atas meja belajar lalu dengan gesit segera dia memencet nomernya Rhinky namun setelah Rhinky mengangkat Rhinky baru sadar ternyata dia ketiduran ketika mengerjakan tugas kuliahnya dan tak begitu lama Rhinky langsung mengucapkan terima kasih bahwa sudah dibangunkan.
Hari itu Garnet dan Vero pergi ke klinik Om Michael , seperti biasa Garnet selalu menunggu di ruang tunggu sambil membaca sebuah buku dan munculah seorang cowok tampan bersama cewek yang begitu cantik nyaris sempurna, Yup benar itu Rhinky tapi Garnet tidak tahu siapa cewek yang berada disamping Rhinky, namun setelah berkenalan akhirnya Garnet tahu bahwa itu Claudia, pacarnya Rhinky. Claudia adalah salah satu dari banyak model yang sedang naik daun karena operasi plastik yang dijalaninya agar tambah cantik.
Malam pun tiba Garnet diajak Vero untuk merayakan kemajuan mereka berdua tentang diet yang sedang mereka jalani, dan ketika Vero meminta agar Garnet mengantarnya ke toilet namun Vero terlihat kesal ketika ada seorang cewek baru keluar dari salah satu toilet dari situ Vero membelaku saat Claudia mengejekku dan tonjokkan dari tangan Vero sudah melayang di hidung Claudia dan Akibat perkelahian malam itu hidung mancung Claudia rusak, namun permasalahan itu dapat diselesaikan secara damai. Dan setelah hukumanku selesai akhirnya aku dapat bertemu dengan sahabatku dan tentunya Rhinky.
Tak pernah dibayangkan oleh Garnet bahwa Garnet adalah cinta pertamanya Rhinky setelah Rhinky berusaha jujur bahwa yang merebut hatinya dari Claudia adalah Garnet. Garnet mengetahui semua ini akibat Claudia yang selalu menuduh Garnet yang tidak-tidak dantamparan maut pun menyasar di pipi Claudia Dan yang menampar adalah Rhinky, Pangeran yang menyelamatkan Garnet.
Batapa terkagetnya ketika pertama kali garnet masuk Kampus lagi setelah kurang lebih satu bulan tidak masuk ke kampus sedangkan pada saat itu keadaan Garnet sudah berubah drastis berat badan garnet sudah naik pesat juga dengan Jerawat Liam Jutanya sudah hilang dan tidak ada satu pun benda merah menggelikan itu menempel pada pipinya dan begitu bahagianya ketika dia sudah sah menjadi pacar Rhinky dan itu semu disaksikan 3 sahabat yang selalu meremehkan Garnet yaitu Cindy, Siska, dan Laura, serta Alan yang sebelumnya baru meminta maaf karena dia baru tahu bahwa semua itu Cindy dan kedua sahabatnya yang menjebak Garnet dan Alan agar Garnet dan Alan tidak berpacaran. 
     D            Analisis Keciri-cirian Novel

v  Menurut Abraham Kaplar
ü  Berdasarkan bentuk          :
a)      Sederhana
Penjelasan :
Novel tersebut memiliki struktur yang sederhana, karena hanya membahas tentang kisah cinta seorang gadis yang kurang percaya diri akan penampilannya.
Bukti          :
Garnet sangat bahagia saat ia mengira bahwa Alan mengajak dia kencan, tapi ternyata dia salah duga. Garnet hanya menerima celaan atas penampilannya. Hal itu membuat gadis itu sangat sakit hati, akhirnya ia mencoba untuk mengubah keadaan penampilannya dengan menggemukkan badan dan merawat diri dengan bantuan orang disekitarnya. Meskipun faktor utamanya hanya untuk dirinya sendiri, hingga datanglah teman kecilnya, Rhinki. (Soraya, 2008: 48-74)

b)      Pernyataan langsung
Penjelasan :
Pemaparan cerita dalam novel ini menggunakan penyataan langsung yang jelas dan tidak bertele-tele, langsung pada poin yang ingin disampaikan.
Bukti          :
Aku kehilangan kesabaran. “IYA! GUE NAKSIR RHINKY! GUE SUKA DIA! TAPI GUE BUKAN CEWEK YANG DENGAN CARA LICIK MEMPEROLEH KECANTIKAN DENGAN MEMERMAK SELURUH WAJAH BIAR DILIHAT OLEH RHINKY. GUE TULUS SAYANG SAMA RHINKY! WALAUPUN GUE HARUS PUAS HANYA DIANGGAP SEBAGAI SAHABATNYA! PUAS? PUAS?” Mataku berkaca-kaca. Vero menahan marah pada Claudia. (Soraya, 2008: 168)

Penulis mengungkapkan kemarahan tokoh dengan begitu lugas, sehingga mudah dipahami oleh pembaca.

c)      Stereotype
Penjelasan :
Novel ini menyampaikan tema yang juga disampaikan oleh beberapa novel lain. Pola strukturnya mirip/setara dengan beberapa novel.
Bukti          :
·         Beauty and The Best karya Luna Torashyngu, Gramedia :2006
·         The Princess in Me karya Donna Rosamayna, Gramedia : 2005
·         Cantik itu luka karya Eka Kurniawan, Gramedia :2004

d)     Skematis
Penjelasan :
Formula dan strukturnya mudah diskemakan. Berawal dari penampilannya yang jelek kemudian berusaha untuk merubah lebih baik dari sebelumnya, hingga ia berhasil.
Bukti          :

Garnet merasa penampilannya kurang menarik, hingga tak ada lelaki yang menjadi pacarnya dan menjadi bahan ejekan. Ia juga dihina karena itu, rasa sakit akan kurang baiknya penampilan dirinya itu, ia berusaha untuk memperbaiki dengan usaha yang begitu keras tanpa oprasi plastik. Meskipun ada teman kecil yang menerima dirinya apa adanya, ia tetap melanjutkan usahanya bukan untuk orang lain melainkan untuk dirinya sendiri, hingga ia berhasil dan membuat orang yang selama ini menyampingkannya menyadari perubahan dan mengakui keberadaannya. (Soraya, 2008: 5-173)

e)      Stansistem
Penjelasan :
Memiliki satu senter yang utama dalam cerita. Menceritakan kehidupan cinta Garnet dengan lingkungan disekitarnya, dengan dia yang menjadi senter cerita sekaligus tokoh utama menggunakan sudut pandang orang pertama (aku).


Bukti          :
Tidak kusangka, Alan yang selama ini kupikir adalah pangeran penyelamatku, ternyata hanyalah seorang yang dengan mudah menyakiti perasaan perempuan. Aku kecewa, tapi… jangan menangis, jangan menangis…(Soraya, 2008: 10)

f)       Anti makna ganda
Dalam novel ini, tidak memiliki ‘makna ganda’ dalam pemaparan cerita. Seperti yang ada dalam beberapa judul novel serius. Misalnya ‘Ronggeng Dukuh Paruk’ karya Ahmad Tohari yang memiliki makna kenegaraan dan kearifan budaya local. Selain makna utamanya yang merupakan perjalanan hidup Srintil. Novel ini hanya menceritakan kehidupan Garnet dalam memperoleh pujaan hati dengan usahanya memperbaiki penampilan.

g)      Tak perlu pemahaman estetis
Novel ini tidak memerlukan pemahaman estetis, karena pemaparannya yang lugas. Penulis juga tidak menunjukkan pemikiran yang berat untuk menelaah nilai estetis yang ingin ia sampaikan.

ü  Berdasarkan perasaan       :
a)      Hiburan
Penjelasan :
Dalam hal ini pembaca sangat menikmati usaha Garnet yang kurus kerempeng dalam memperbaiki penampilan fisiknya.
Bukti          :
Selain itu tambahan sepiring kecil bayam rebus juga tidak kutolak. Malamnya aku sempat menikmati setengah gelas susu coklat hangat ditemani cemilan Vero meski aku hanya memakan semampuku. (Soraya, 2008: 105)





b)      Sentimentil
Penjelasan :
Rasa sentimentil dalam novel ini sangat terasa, terlebih-lebih saat keadaan menceritakan kisah seorang yang sangat jelek.
Bukti          :
 …keburukan lain. Seperti jarang mandi, malas mengurus diri, dan berantakan. Yeah, itulah aku. Coba bayangkan kacamata minus yang bertengger dihidungku, juga jerawat-jerawat yang bertaburan di pipiku! Kulitku agak kusam dan gelap, bobobtku ini terlalu kurus! Dibawah standar! Nyaris kurang gizi! (Soraya, 2008: 13-15)

c)      Seni Pelarian
Penjelasan :
Novel ini sangat tepat untuk pelarian, karena menampilkan hal-hal yang menarik bila berada dalam kehidupan sehari-hari pada realita. Pembaca dapat melupakan sejenak kehidupannya.
Bukti          :
Bayangkan saja, pembaca disuguhkan cerita gadis yang jelek namun mendapatkan pacar yang ganteng. Dalam kehidupan sehari-hari meskipun ada, namun kesempatannya kecil. Nah, kesempatan yang kecil itu akan membuat imajinasi pembaca bermain dengan pemikirannya masing-masing.

      E            Simpulan
Dari analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa novel ‘Uglyphobia’ karya Queen Soraya sangat memenuhi kedudukannya sebagai salah satu karya sastra populer. Karena ciri-ciri sastra populer ada didalamnya dengan bukti dan pemaparan yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Read More

Minggu, 20 Mei 2012

{Sastra}Foklor pada Masyarakat




A.   Kebutuhan Masyarakat Terhadap Foklor
1.      Sebagai Ilmu Pengetahuan
Dalam kedudukannya sebagai ilmu pengetahuan, maka sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Foklor sangat dibutuhkan. Terbukti dengan adanya mata kuliah Foklor dalam perkuliahan, selain sebagai objek juga sebagai subjek. Dengan demikian sudah memiliki ciri-ciri dari keilmuan, yang tentunya dirasa memiliki pengaruh yang penting bagi pemuasan pendidikan dan pengetahuan. Masyarakat juga dapat merasakan manfaat pembelajaran dalam perkembangan sosial yang selalu bersifat dinamis.
2.      Sebagai Pengontrol Sosial
Dari berbagai bahan yang dimiliki Foklor, selain pengetahuan masyarakat juga memerlukan Foklor sebagai pengontrol sosial. Karena nilai-nilai yang terkandung dalam Foklor juga terdapat peraturan hukum secara tidak langsung, yang bertugas membeberkan, mengawasi, serta menghakimi secara tidak langsung dalam bentuk foklor tertentu. Sehingga masyarakat akan mendapatkan cerminan, dan menjaga perilaku yang akan dilakukan untuk menjaga peranannya dalam kehidupan sosial.
3.      Sebagai  Hiburan
Foklor berkembang dimasyarakat dengan daya tarik utamanya yaitu sebagai hiburan, tentunya disamping kedua kedudukan yang dijelaskan sebelumnya. Masyarakat dapat merasakan foklor, karena untuk menghibur diri dari masalahnya. Itulah salah satu sebab kenapa foklor dapat terus hidup. Cara penghiburan yang dikemas secara turun-temurun akan menyesuaikan jamannya.

B.   Manfaat Foklor
Manfaat dan fungsi foklor merupakan bentuk sebab-akibat dari kebutuhan masyarakat terhadap foklor yang dijelaskan diatas.
1)      Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif.
Foklor yang berasal dari daerah tertentu, biasanya merupakan cerminan dari karakter masyarakat didalamnya.
1)      Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan.
Ada kalanya Foklor menjadi alat untuk mengesahkan suatu pranata dan lembaga kebudayaan. Karena pranata/ lembaga kebudayaan itu bersumber/ terinspirasi oleh foklor itu sendiri.
2)      Sebagai alat pendidik anak.
Foklor memiliki unsur yang tidak lepas dari pengetahuan dan pendidikan, sehingga dapat menjadi bahan ajar bagi anak-anak agar dapat menerima pendidikan dengan mudah.
3)      Sebagai alat pemaksa, pengawas, dan pengendali norma-norma masyarakat didalamnya.
Foklor memiliki aturan-aturan yang secara tidak langsung memberikan cerminan kepada masyarakat terhadap suatu tindakan, yang secara tidak langsung dipatuhi oleh masyarakat sehingga terkesan dapat memaksa, mengawasi dan mengendalikan norma dan nilai didalamnya.

Sulit untuk membebaskan mana yang mencerminkan angan-angan kolektif, mana yang berfungsi sebagai alat pendidikan, alat pengesahan pranata dan lembaga kebudayaan, maupun alat pemaksa dan pengawas masyarakat yang selalu dipatuhi anggota kolektifnya, sebab kadang-kadang tumpang-tindih. Baiklah kita simak contoh-contoh di bawah ini, menurut pendapat Bascom pada khasanan ungkapan tradisional Jawa.

a.       Yang Mencerminkan Angan-angan Kolektif
1)      Ajining dhiri ana ing pucuking lathi 'Kewibawaan dan kehormatan pribadi seseorang terletak pada ujung lidahnya'. Maksudnya: Terhormat atau tidaknya seseorang tergantung pada tutur kata orang tersebut dalam pergaulan sehari-hari.
Memang tutur kata mencerminkan pribadi seseorang; dari tutur kata, santun bahasanya dapat diketahui asal-usul, pendidikan, dan watak seseorang. Bila seseorang tutur katanya kasar, tajam melukai hati, cenderung mencela dan meremehkan, akan mengakibatkan percekcokan, tidak disukai, dan akhirnya akan tersisih dari pergaulan. Begitu pula dalam mengemban tugasnya sehari-hari, sangatlah penting bagi orang tua, pendidik, pemimpin, pejabat, dan lain-lain agar selalu mewujudkan satunya kata dengan perbuatan.
2)       Sura dira jayaning rat lebur dening pangastuti 'Keberanian, kemenangan, dan kekuasaan duniawi akan lebur oleh keluhuran budi‟. Pengalaman membuktikan bahwa segala sesuatu, bahkan iktikad tidak baik, kecongkaan, kemarahan, iri, dengki, dan lain-lain hanya dapat dikalahkan oleh keluhuran budi. Keluhuran budi memang merupakan watak ideal. Luhur adalah sifat Tuhan, manusia hanya dapat ngirib-iribi 'hampir menyamai' saja. Barang siapa yang dalam hidupnya selalu mewibawakan Tuhan, bulat imannya, kemampuannya akan dikembangkan Tuhan, sehingga manusia mempunyai potensi untuk berbudi pekerti luhur. Manusia seperti itu tidak akan dikuasai oleh pasang surutnya kehidupan.

b.      Yang Berfungsi sebagai Sarana Pendidikan
1)       Aja dhemen metani alaning liyan 'Jangan senang mencari keburukan, kesalahan orang lain'.
Pada umumnya manusia cenderung mencari dan membicarakan keburukan dan kelemahan orang lain, yang demikian itu berarti bahwa manusia tidak mempunyai piyandel ‟iman‟ yang murni, pertanda kekerdilan jiwa. Tidak ada manusia yang sempurna, sebab sudah dikodratkan, bahwa manusia di samping sifat-sifatnya yang positif, pasti mempunyai kelemahan. Manusia bersifat apes ‟lemah, sial‟. Lebih utama jika kita selalu mau mawas diri, jujur dan bersikap terbuka terhadap kritik yang membangun, sehingga kita setapak demi setapak bisa meningkatkan diri dalam membina watak utama. Jika kita bertekun dalam mengolah watak kita sendiri, kita tidak akan mempunyai waktu untuk mencari dan membicarakan keburukan, kesalahan orang lain. Baiklah kita berlatih untuk selalu bisa mengekang diri sendiri, keras terhadap diri sendiri, tetapi di dalam pergaulan bersikap penuh pengertian, sabar, dan toleran.
2)      Aja mung milik gebyar 'Jangan hanya mengingini segala sesuatu yang serba kemilau‟.
Tanpa mengingkari manfaat yang kita peroleh dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri, terasa pula dampaknya yang negatif, antara lain: pola dan gaya hidup konsumtif kompetitif. Maka jangan sampai kita tergiur oleh kemilau dunia. Kita hendaknya bersikap waspada, sehingga mampu membedakan kebutuhan dari pepinginan ‟keinginan‟. Banyak contoh: rumah tangga hancur berantakan akibat yang bersangkutan tidak dapat mengekang diri, hidup bermewah-mewah, di atas batas kemampuan, bahkan sampai terperosok ke dalam perbuatan tercela. Apabila kita benar-benar telah menghayati makna ungkapan tersebut, kita akan mengutamakan urip prasaja ‟hidup sederhana‟, karena yakin cara inilah yang akan menjamin ketenteraman dan kebahagiaan.
3)      Yen wania ing gampang wedia ing ewuh sebarang oro tumeko 'Apabila kita hanya berani menghadapi yang mudah-mudah saja, tetapi takut menghadapi kesulitan, barang apa yang dicita-citakan mustahil akan terwujud. Ibarat orang bepergian, mudah atau sulitnya jalan yang harus ditempuh, cepat lambatnya sampai di tempat tujuan, hanya tergantung pada orang yang menempuh, apakah upayanya berlandaskan kesentosaan tekad disertai pengorbanan, atau hanya seenaknya saja. Seorang petani bisa panen setelah mandi keringat, membajak, menyebar benih, selanjutnya dengan sabar dan tekun memelihara (menjaga) agar benih yang disebar tumbuh dengan subur, tidak mengeluh kehujanan, dan ditimpa terik sinar matahari. Tidak ada usaha keras yang tidak berguna, tidak ada pengorbanan yang sia-sia, tidak ada doa tulus yang tidak didengar (diterima).

c.       Yang Berfungsi sebagai Alat Pengesahan Pranata dan Lembaga Kebudayaan
1)       Negara mawa tata, desa mawa cara 'Negara memiliki peraturan, desa memiliki adat istiadat'.
Ke mana pun kita pergi, di mana pun kita berada, hendaknya pandai membawakan diri, sebab tiap-tiap negara, daerah, desa mempunyai perangkat peraturan, adat istiadat, dan tata nilainya masing-masing, yang wajib kita hormati. Dengan demikian, kita mampu menciptakan suasana laras dalam pergaulan antarsesama, bangsa, dan negara.
2)      Kenthung kriyung cakiker asu gathik
lni adalah bebasan orang pedesaan yang maksudnya:
v  Jika terdengar bunyi kenthung 'tiruan bunyi orang menumbuk padi', kriyung 'tiruan bunyi jun atau lodhong yang dimasukkan dalam air saat orang menimba‟, cakiker ‟tiruan bunyi kokok ayam hutan‟, dan salak anjing, adalah pertanda fajar telah menyingsing, saat orang desa mulai bekerja di sawah.
v  Juga dipakai sebagai pedoman pelaksanaan denda, jelasnya: jika ada seorang anggota desa berzinah sampai mengakibatkan kehamilan, orang-orang desa yang menggunakan satu alat penumbuk padi (Jw: lesung), satu sumur, satu tempat ayam-ayam piaraan berkeliaran mencari makan, dan anjing-anjing mencari pasangannya, maka mereka harus ikut memikul tanggung jawab dan dikenai denda. Dengan demikian, jelas bahwa masyarakat pedesaan merupakan satu kesatuan, lengkap dengan perangkat peraturan dan adat istiadatnya yang harus dipatuhi tiap-tiap anggota. kesadaran hukum masyarakat sejak zaman dahulu.

d.      Yang Berfungsi sebagai Alat Pemaksa dan Pengawas Norma Masyarakat
1)     Aja nggege mangsa 'Jangan mempercepat waktu', manusia Jawa pada dasarnya menjunjung tinggi kelestarian tertib sosial, tertib kosmos, dan tertib religi. Ia beranggapan bahwa segala sesuatu seyogianya berjalan sewajar-wajarnya, semua membutuhkan proses waktu. Jangan sekali-kali kita mendahului atau mengambil jalan pintas. Baiklah kita bercermin pada alam. Sebagai contoh sederhana, apabila kita memetik buah sebelum saatnya / masak, pasti tidak enak rasanya. Lain halnya jika kita menunggui proses alami dengan tekun dan sabar. Begitu pula misalnya sepasang muda-mudi yang memadu cinta, tidak dibenarkan hidup sebagai suami-istri, sebelum memenuhi syarat-syarat yang telah digariskan oleh hukum agama/negara bagi sahnya suatu perkawinan. Hal ini berlaku bagi usaha apa saja. Hasilnya diperoleh berkat kejujuran, ketekunan, dan kesabaran. Jadi, manusia harus mampu mengendalikan diri, tidak keburu nafsu, dan mematuhi norma yang berlaku.

C.   Peran Foklor Masa Kini
Beranjak dari pendapat di atas, maka tradisi lisan yang sudah berkembang dalam masyarakat Indonesia sejak masa lampau, sesuangguhnya masih layak dipertahankan (dilestarikan) dalam kehidupan dewasa ini (masa kini), disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Terlepas dari unsur-unsur mistis yang ada di dalamnya, folklor memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang sangat relevan untuk mendukung kehidupan masyarakat secara kolektif, dan menjadi filter terhadap pengaruh-pengaruh negatif akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau era globalisasi. Nilai-nilai dan norma-norma itu menjadi ciri khas dari kelompok masyarakat, mengatur tentang perilaku dan hubungan antarindividu dalam kelompok tersebut. Nilai-nilai dan norma-norma kemudian dikembangkan menjadi adat-istiadat dari suatu kelompok masyarakat pendukungnya. Adat kebiasaan tidak selamnya mecerminkan kekolotan atau keterbelakangan suatu kelompok masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini, adat-istiadat tersebut justeru dapat menjadi modal dasar dalam kehidupan kolektif. Nilai-nilai kearifan lokal suatu masyarakat dapat memberikan keseimbangan dan ketertiban (keharmonisan) hidup, melestarikan alam atau lingkungan hidup, dan lain-lainnya. Pewarisannya pada generasi penerus, juga sangat bermanfaat dalam rangka memperkecil adanya kesenjangan budaya pada generasi muda. Pewarisan yang efektif dapat dilakukan melalui pendidikan.





by : umi_k








Read More

Bianglala Sastra





Hal yang membuatku muak adalah keadaan sastraku saat ini, lemah. Manja. Buta. Satu lagi, dan yang terpenting : Tidak peka.
Biarlah, biarkan saja sejenak aku menghakimi ia. Kau mau protes ?? TERSERAH. Toh ini adalah tulisanku, ini batas sepengetahuanku.
Keagungan sastra jaman dulu yang selalu menjadi patokan bagiku, terbayang bagaimana kokohnya ia saat dijamannya teknologi hanya sebatas mesin tik, tapi dengan keterbatasan yang sedemikian-rupa, tulisannya bagai mata garuda yang fasih. Berani. Gagah melayang di balik jeruji sekalipun.
Saat sekarang teknologi telah memanjakan kita, tulisan sungguh sibuk dengan keadaan dirinya sendiri, terkutit pada ketakutan kebimbangan nilai : benar-salah.
Bajing loncat!
Jika melihat keadaan politik sekarang, sekarang tidak lebih baik keadaannya dibandingkan dengan yang lalu… Bangun Bajing, huft… dasar bajingan.
Sekali lagi, terserah padaku.
Saat Pramuda Ananta Toer, bahkan W.S. Rendra sekalipun menggemparkan dengan penggambaran keadaan sosial yang ada di Negara kita, penjara bukan hal yang menjelma sebagai tempat yang salah.
Tapi sekarang  sastraku adalah seorang banci.
TERSERAH, ku bilang terserah aku. Bila kau ingin menyanggah, tidak suka, ingin komentar, tulis saja mulutmu.
Keadaan sosial, ekonomi tak begitu sempurnanya, tapi ia malah berkutat pada kebahasaan yang maju hanya sebagai projek : Sastra gaul.
Memang, masih ada yang demikian berani petentang-petenteng, tapi masih secara sembunyi-sembunyi, bukan merasa aku tak menghargai itu, tapi aku hanya merasa kurang puas.
Mungkin aturan dan kematian adalah jawaban atas sebuah kata : Takut!
Bila berbicara benar-salah, tak ada yang salah dengan menggambarkan bahkan menunjukkan keadaan sebuah kebenaran yang ada di bangsa kita ini.
Tapi sastra yang demikian sekiranya telah pingsan, aling-aling yang lumayan ngejreng adalah jurnalistik. Melalui media yang bahkan kritikan ada untuk menggulingkan antara satu sama lain, mereka mengomentari segala aspek, menyudutkan atas dasar kebenaran dan idealis yang seutuhnya, hmm…
Terutama pada penguasa : politik.
Tapi sayangnya pemilik media adalah para politikus, kebenaran, idealisasi yang terbentuk tercipta dari peribahasa “udang dibalik batu”.
Sastra telah asyik bercinta dengan pasangannya, dan dunianya. Aturan adalah kepatuhan yang sempurna, penjara adalah tempat untuk orang yang salah.
Kapan akan seperti dulu, mungkin memulai melalui tulisanku dulu.
Satu hal lagi, sastra yang berharap padamu, tapi kau merasa rendah karena itu…
FUCK YOU!
Dan kau bangga melalui selembar kertas materi atas dasar pengetahuan dan diammu, tak ada sedikitpun harga dimataku untukmu.
Dan kau yang muak dengan cocotku, “ora’ sah kakang bacot! Sing penting praktek.e wae!!!”
Praktikmu dengan aturan arus yang mengalir saja, tak lebih baik dari cocotku. Aku malah lebih bangga, setidaknya hati masih menjadi asal mbacotku. Tapi tindakanmu hanya berlaku atas dasar : umum.
Dan kau lihatlah praktikku…
Entah kapan aku akan berhenti dengan rasa egoies ini. Tapi keegoisan ini perlu untuk bahan kau memakiku pada kesempatan nanti.
Sastraku, kapan kau akan lahir seperti sastraku dulu. Berhentilah bercumbu pada ketakutanmu…
Terserah, ini adalah batas kepengetahuanku.





Untuk anak-anak (katanya) yang bergulat atas nama sastra,
Love you guys


Umi_k
Beginilah cara diriku mencintai kalian secara utuh…
Read More

Metamorfosa Buku (Seksual) dalam Film




Memoir of Geisya, buku karangan Arthur Golden ini patut untuk dirokemendasi sebagai salah satu buku yang menarik, dan berkualitas. Bukan bermaksud menunjukkan ranah sensualitas yang masih tabu di negara kita, namun karena banyak sekali nilai kehidupan yang dapat diambil dari buku tersebut, terutama melalui kehidupan Geisya dalam suasana tradisional yang penuh keanggunan. Ranah sex yang ada didalamnya hanya menjadi cuplikan yang memang ada, dan tidak merendahkan diri perempuan. Sekalipun iya, aplah yang salah dengan kejujuran, realita, dan pedihnya. Apakah yang menjadi patokan dalam nilai kebagusan dalam manset otak manusia Indonesia hanya berupa hal-hal positif yang imajinatif dan menggombal belaka?? Seperti percintaan yang mendominasi cerita remaja disekolah-sekolah atau pemberantasan korupsi yang didengungkan tanpa henti namun tak tahu kapan akan berhentinya.
Dalam produk bangsa sendiri juga ada yang sama bagusnya, meskipun memiliki tipe tema yang sama dan indah, buatan anak bangsa ini juga menonjolkan sensualitas. Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari merupakan cerminan buku yang bernasib sama.
Sama-sama membahas kehidupan tradisional perempuan suatu bangsa, berkualitas, dan indah. Kesuksesan keduanya juga dapat dilihat dalam bentuk fisualisasinya. Akankah hasilnya sama Indahnya ??
Karya sastra itu tidak perlu tetek-bengek yang dibuat-buat, bila tidak pantas: maka seluruh yang tidak pantas itu harus mengena pada semua dasar elemen. Bukan hanya pada garis –garis tertentu yang mengenai makian, namun masih saja ada yang menikmati sisinya atas nama  kemanusiaan.







by : umi_k
Read More

Perang Saudara Sebangsa


Mati,
Derak-derak ranting yang hampir patah, tergantung menunggu mautnya
Saksi kematian manusia, rupanya tak cukup merusuhkan malam tadi..
Rupanya nyawa hanya menjadi seonggok bangkai yang terkulai lemah karena sesama,
Harus berapa tangis Ibu yang terkucur,,,
Bukan karena teramat sayang ketulusan bersumber dari dadanya, karena ia hanya dapat merasakan susah dalam waktu pembesaran nyawa, tapi belum sempat ia cicipi waktu santai, sudah kau sibukkan dengan biaya pemakaman dan waktu depan untuk meminta Tuhan memanjangkan umurnya, doanya, susahnya…
Bangsa sibuk dengan pencongan dasi yang menjerat lehernya,
Negara sedang bersolek dengan gencu merah merekah darah untuk memikat sesama, menutupi koreng, daki, dan tubuhnya dalam balutan kebaya.
Sibuk nian mereka,
Dengan siapa kau akan mengadu,,,
Pada Nusantara,
Pada Majapahit atau Singosari ???
Pada sejarah, tengoklah masa emas lalu. Semaumu…
Kubiarkan kau terbuai, diam, tak bergerak, biar waktu luput dari otakmu dan kau telah tertinggal jauh.
Jauh,
Sangat jauh…
Setelah itu, sadarmu terbangun dari sajak batu.
Seni,
Karya,
Senjata ampuh bak bambu runcing, kau tusuk waktu dengan budayamu,
Omongmu,
Pikiranmu,
Nyawamu…
Parang bening yang tak bisa disalahkan karena transparan, dan mengena tanpa rasa salah akibat kesalahan.
Tapi bila terlalu menusuk sampai ulu hati, dan bisa mati…
Nyawamu tersungkur dalam bangkai kerusuhan.
Kita satu dalam ini.  Kita batu dalam ini. Kita mati dalam sepi.
Karena kita saudara, bersaudara, untuk menghakimi saudara kita sendiri yang menyusahkan sesama saudara.
Benarkan Saudara?
Jangan tersinggung, jika kamu tak merasa. Tapi jika ternyata ia,,,
Ini untuk Saudara!
Kedamaian untuk menggambarkan kerusuhan…
Disini damai, tenang, dan tak terjamah.
Disini persatuan semu untuk semua perceraian.
Untung ada seni,
Seni,
Seperti kucuran air di pagi hari, itulah seni.
Mati,
Seni malam ini belum mati, entah esok ada lagi atau…
Karena seni masih dikerangkeng dalam penjara emas,
Mungkin subuh nanti ia akan bunuh diri,
Krreeek, kreek, krek.
Seok kaki manusia berjalan menjaga jeruji.
Malam tadi ada kerusuhan antar saudara sebangsa, ada saudara Saudara yang tertusuk ranting.
Untuk ada yang rusuh, jadi diam ini terasa seperti kedamaian pagi.
Ucap Ibu lirih,
Jasad Kakakku kaku diantar Polisi setengah jam tadi.

by : umi_k

Read More
fr33Zoonecustume. Diberdayakan oleh Blogger.

PopullaryierZ

© Fr33Zoone, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena